KIMKARYAMAKMUR.COM, Pragaan - Setiap pemimpin datang dengan kekuatan potensinya masing-masing, ada yang datang dengan pribadi yang supel, ada yang optimis, perfeksionis, idealis, hard to please, egois, ambisius, keras kepala, tempramental, namun ada juga yang pendiam penuh misteri.
Camat baru Pragaan yang akan kita bahas profilnya ini adalah sosok yang menggambarkan pribadi pendiam, penyabar, penyayang, penuh misteri yang dalam. Tak selalu 'pendiam' menggambarkan sifat yang tertutup. Terkadang seorang pendiam hanya karena jarang bercerita sesuatu yang tak penting diungkap, karena tak berkaitan dengan kemaslahatan masyarakat. Begitu menyangkut urusan rakyat, pribadi pendiam angkat bicara.
Kekuatan lain dari pribadi pendiam, ia memiliki rasa empati yang tinggi, dan merupakan seorang pendengar sejati. Ia baru akan bicara saat referensi pembicaraan sudah lengkap. Kata-kata yang keluar pun adalah kebijaksanaan, adalah kemudahan dalam pelayanan.
Selain pendiam Heru Cahyono seorang Camat yang umurnya sangat muda. Beliau dilahirkan di Sidoarjo, tanggal 6 Maret 1984, masih berumur 37 tahun. Umur semuda itu terbilang generasi millenial, karena sosok milenial adalah orang yang lahir pada tahun 1980 sampai dengan tahun 1995. Jumlah generasi milenial di Indonesia saat ini mencapai 69,38 juta jiwa atau sekitar 25,87% dari populasi penduduk. Generasi millenial segmen masyarakat yang paling banyak menggunakan media sosial berbasis internet dalam merespon isu-isu sosial politik kebangsaan.
Heru Cahyono dihadirkan Tuhan ke bumi Pragaan seolah mewakili kalangan muda millenial yang semangatnya selalu berkobar penuh mimpi besar. Sebagai Camat millenial tersebut ia merasa ditantang untuk selalu bisa memahami kebutuhan generasi muda yang suka tantangan, suka pada dunia digital.
"Anak muda punya sejuta mimpi, penuh gaya, ingin dirinya dihargai, ingin mengeksplor potensi. Kebijakan desa dan kecamatan harus mampu mewadahi untuk mengubah potensi jadi prestasi," tuturnya dengan gaya santai.
Tidak banyak pejabat daerah yang menduduki posisi puncak sebelum usia 40 tahun. Heru Cahyono mampu melakukannya. Sejak bertugas di Masalembu beliau sudah tampil sebagai pemimpin kecamatan, sebuah prestasi gemilang yang mencengangkan.
Heru Cahyono, muda, pendiam dan mengagumkan. Presiden Republik Indonesia yang pertama Soekarno pernah berkata, "Seribu orang tua bisa bermimpi, satu orang pemuda bisa mengubah dunia.", Kata bijak tersebut seolah ingin mengatakan bahwa satu camat muda yang progresif sebanding dengan sepuluh pemimpin tua. Pemimpin muda punya segudang energi untuk mengusung ribuan mimpi menjadi kenyataan hanya dengan sekali gebrakan kebijakan, dimana bagi orang tua butuh sepuluh kali tenaga kuda guna mewujudkan cita-cita mengejar ketertinggalan peradaban. Heru Cahyono mengemban misi muda tersebut untuk menemani keinginan muda yang selalu bergelegak.
"Saya tentu harus menemani keinginan kalangan muda yang energik, meski juga tidak boleh meninggalkan kalangan tua. Tua muda sama, mendambakan kehidupan lebih baik dengan kebijakan yang lebih memihak," ujarnya penuh semangat.
Dalam hal pendidikan, Heru Cahyono memulai pendidikannya di bangku SDN Kolor Sumenep. Selesai di bangku SD beliau berlanjut ke SMP 1 Sumenep, kemudian menempuh pendidikan atas di SMA 1 Sumenep. Setelah itu beliau tempuh program Diploma 4 STPDN (Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri) Surabaya. Adapun jenjang Sarjana Strata (S1) ditempuhnya di Universitas "W.R. Supratman" (UNIPRA), sebuah perguruan tinggi terkemuka di Surabaya yang diselesaikannya tahun 2011.
Mengenalnya lebih dalam bisa dilihat dari karir hidupnya dalam pemerintahan. Beliau menjadi ASN (Aparatur Sipil Negara) pertama kali tahun 2006 sebagai staf di Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BKPSDM) Kabupaten Sumenep sampai tahun 2007. Setelah itu menjadi ajudan Wakil Bupati Sumenep saat dijabat oleh Bapak Muhammad Dahlan. Kemudian karirnya berpindah menjadi Staf Pemdes (Pemerintah Desa) Sekretaris Daerah Kabupaten Sumenep tahun 2008 - 2010. Kemudian mutasi ke daerah kepulauan tepatnya ke Kecamatan Sapeken sejak Tahun 2010 - 2013 sebagai Kepala Seksi Trantib. Pada tahun 2013 - 2017 beliau pindah tugas ke kantor Kecamatan Batang-Batang menjabat sebagai Kepala Seksi Trantib. Tak selesai disitu, cerita kepindahannya bergulir lagi ke Kecamatan Pasongsongan sebagai Sekretaris Kecamatan selama kurang lebih tiga bulan Tahun 2017. Kemudian pindah lagi ke Kecamatan Masalembu 2017 - 2021 sebagai Camat Masalembu. Barulah kemudian beliau pindah ke Kecamatan paling barat di Kabupaten Sumenep ini yaitu Kecamatan Pragaan sebagai Camat Pragaan.
Ditanya tentang kometmen kerja di Pragaan, Camat yang istrinya bekerja di Radio Republik Indonesia (RRI) ini menjawab hanya ingin memberikan kemudahan dan kemanfaatan bagi masyarakat khususnya dalam hal pelayanan.
"Beri kemudahan, jangan dipersulit. Beri kegembiraan, agar warga tidak lari dari kita," ujarnya pada KIM (Kelompok Informasi Masyarakat) Karya Makmur Senin (08/11/2021).
Selain kemudahan pelayanan, beliau ingin agar selalu ada pemihakan pada kaum miskin dan anak-anak yatim di Pragaan. Santunan itu bisa dikumpulkan dari staf kantor kecamatan maupun dari sumber lain sehingga menjadi kebiasaan masyarakat untuk memikirkan lingkungan sekitarnya.
"Dalam acara lepas pisah Camat lama dan baru nanti, kita akan berikan bantuan sosial untuk anak-anak yatim, agar pemerintahan ini semakin barokah. Untuk mengetuk pintu langit, kita harus memakmurkan anak yatim di bumi," jelasnya religius.
Ditanya soal tugas Camat, dirinya selalu berusaha untuk menghayati betul tugas-tugasnya dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan umum, tugas pembangunan, mengoordinasikan kegiatan pemberdayaan masyarakat, mengupayakan penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban umum, serta penerapan dan penegakan Perda dan Peraturan Bupati.
"Camat itu lebih pada tugas koordinasi dan pembinaan, terutama pembinaan Pemerintah Desa," tuturnya santai.
Ke dalam institusi kecamatan sendiri, dirinya mengaku tentu harus membagi tugas-tugas bawahan sesuai dengan jabatan dan kompetensinya, serta memberikan arahan yang baik secara lisan maupun tertulis guna kelancaran pelaksanaan tugas.
"Tapi itu normatifnya, saya perlu banyak beradaptasi dulu dengan lingkungan baru. Tugas tak bisa dibikin suntuk. Bawa santai asal tugas selesai," ujarnya lagi.
Beliau katakan bahwa kekuatan itu bukan sesuatu diluar kita, tapi apa yang ada dalam diri kita, kekuatan itu nantinya menjadi potensi, menjadi kebiasaan kerja, menjadi budaya kerja, lalu memengaruhi orang lain untuk bergerak bersama demi kemaslahatan masyarakat.
Berkaitan kekuatan dari dalam tersebut, beliau kutip Kata-kata Soekarno, "Jika kita memiliki keinginan yang kuat dari dalam hati, maka seluruh alam semesta akan bahu membahu mewujudkannya."
Untuk mencapai tugas yang berat itu, beliau mengaku harus banyak mengenal tokoh masyarakat sebagai kekuatan civil society, berkoordinasi dengan organisasi masyarakat, kelembagaan masyarakat yang ada, dunia pendidikan, pesantren dan unsur penting lainnya, termasuk dengan Forum Pimpinan Kecamatan (Forpimka) agar bisa bekerja bersama-sama dengan penuh guyub dan mengakar.
"Camat atau jabatan apapun tak bisa dilakukan sendiri, perlu banyak koordinasi. Semua elemen punya kekuatan potensinya sendiri, berpadu menjadi gerakan bersama yang harmonis. Mari semua mengambil peran!." Pungkasnya sembari tersenyum dalam. (Zbr/Bdr).
Camat baru Pragaan yang akan kita bahas profilnya ini adalah sosok yang menggambarkan pribadi pendiam, penyabar, penyayang, penuh misteri yang dalam. Tak selalu 'pendiam' menggambarkan sifat yang tertutup. Terkadang seorang pendiam hanya karena jarang bercerita sesuatu yang tak penting diungkap, karena tak berkaitan dengan kemaslahatan masyarakat. Begitu menyangkut urusan rakyat, pribadi pendiam angkat bicara.
Kekuatan lain dari pribadi pendiam, ia memiliki rasa empati yang tinggi, dan merupakan seorang pendengar sejati. Ia baru akan bicara saat referensi pembicaraan sudah lengkap. Kata-kata yang keluar pun adalah kebijaksanaan, adalah kemudahan dalam pelayanan.
Selain pendiam Heru Cahyono seorang Camat yang umurnya sangat muda. Beliau dilahirkan di Sidoarjo, tanggal 6 Maret 1984, masih berumur 37 tahun. Umur semuda itu terbilang generasi millenial, karena sosok milenial adalah orang yang lahir pada tahun 1980 sampai dengan tahun 1995. Jumlah generasi milenial di Indonesia saat ini mencapai 69,38 juta jiwa atau sekitar 25,87% dari populasi penduduk. Generasi millenial segmen masyarakat yang paling banyak menggunakan media sosial berbasis internet dalam merespon isu-isu sosial politik kebangsaan.
Heru Cahyono dihadirkan Tuhan ke bumi Pragaan seolah mewakili kalangan muda millenial yang semangatnya selalu berkobar penuh mimpi besar. Sebagai Camat millenial tersebut ia merasa ditantang untuk selalu bisa memahami kebutuhan generasi muda yang suka tantangan, suka pada dunia digital.
"Anak muda punya sejuta mimpi, penuh gaya, ingin dirinya dihargai, ingin mengeksplor potensi. Kebijakan desa dan kecamatan harus mampu mewadahi untuk mengubah potensi jadi prestasi," tuturnya dengan gaya santai.
Tidak banyak pejabat daerah yang menduduki posisi puncak sebelum usia 40 tahun. Heru Cahyono mampu melakukannya. Sejak bertugas di Masalembu beliau sudah tampil sebagai pemimpin kecamatan, sebuah prestasi gemilang yang mencengangkan.
Heru Cahyono, muda, pendiam dan mengagumkan. Presiden Republik Indonesia yang pertama Soekarno pernah berkata, "Seribu orang tua bisa bermimpi, satu orang pemuda bisa mengubah dunia.", Kata bijak tersebut seolah ingin mengatakan bahwa satu camat muda yang progresif sebanding dengan sepuluh pemimpin tua. Pemimpin muda punya segudang energi untuk mengusung ribuan mimpi menjadi kenyataan hanya dengan sekali gebrakan kebijakan, dimana bagi orang tua butuh sepuluh kali tenaga kuda guna mewujudkan cita-cita mengejar ketertinggalan peradaban. Heru Cahyono mengemban misi muda tersebut untuk menemani keinginan muda yang selalu bergelegak.
"Saya tentu harus menemani keinginan kalangan muda yang energik, meski juga tidak boleh meninggalkan kalangan tua. Tua muda sama, mendambakan kehidupan lebih baik dengan kebijakan yang lebih memihak," ujarnya penuh semangat.
Dalam hal pendidikan, Heru Cahyono memulai pendidikannya di bangku SDN Kolor Sumenep. Selesai di bangku SD beliau berlanjut ke SMP 1 Sumenep, kemudian menempuh pendidikan atas di SMA 1 Sumenep. Setelah itu beliau tempuh program Diploma 4 STPDN (Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri) Surabaya. Adapun jenjang Sarjana Strata (S1) ditempuhnya di Universitas "W.R. Supratman" (UNIPRA), sebuah perguruan tinggi terkemuka di Surabaya yang diselesaikannya tahun 2011.
Mengenalnya lebih dalam bisa dilihat dari karir hidupnya dalam pemerintahan. Beliau menjadi ASN (Aparatur Sipil Negara) pertama kali tahun 2006 sebagai staf di Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BKPSDM) Kabupaten Sumenep sampai tahun 2007. Setelah itu menjadi ajudan Wakil Bupati Sumenep saat dijabat oleh Bapak Muhammad Dahlan. Kemudian karirnya berpindah menjadi Staf Pemdes (Pemerintah Desa) Sekretaris Daerah Kabupaten Sumenep tahun 2008 - 2010. Kemudian mutasi ke daerah kepulauan tepatnya ke Kecamatan Sapeken sejak Tahun 2010 - 2013 sebagai Kepala Seksi Trantib. Pada tahun 2013 - 2017 beliau pindah tugas ke kantor Kecamatan Batang-Batang menjabat sebagai Kepala Seksi Trantib. Tak selesai disitu, cerita kepindahannya bergulir lagi ke Kecamatan Pasongsongan sebagai Sekretaris Kecamatan selama kurang lebih tiga bulan Tahun 2017. Kemudian pindah lagi ke Kecamatan Masalembu 2017 - 2021 sebagai Camat Masalembu. Barulah kemudian beliau pindah ke Kecamatan paling barat di Kabupaten Sumenep ini yaitu Kecamatan Pragaan sebagai Camat Pragaan.
Ditanya tentang kometmen kerja di Pragaan, Camat yang istrinya bekerja di Radio Republik Indonesia (RRI) ini menjawab hanya ingin memberikan kemudahan dan kemanfaatan bagi masyarakat khususnya dalam hal pelayanan.
"Beri kemudahan, jangan dipersulit. Beri kegembiraan, agar warga tidak lari dari kita," ujarnya pada KIM (Kelompok Informasi Masyarakat) Karya Makmur Senin (08/11/2021).
Selain kemudahan pelayanan, beliau ingin agar selalu ada pemihakan pada kaum miskin dan anak-anak yatim di Pragaan. Santunan itu bisa dikumpulkan dari staf kantor kecamatan maupun dari sumber lain sehingga menjadi kebiasaan masyarakat untuk memikirkan lingkungan sekitarnya.
"Dalam acara lepas pisah Camat lama dan baru nanti, kita akan berikan bantuan sosial untuk anak-anak yatim, agar pemerintahan ini semakin barokah. Untuk mengetuk pintu langit, kita harus memakmurkan anak yatim di bumi," jelasnya religius.
Ditanya soal tugas Camat, dirinya selalu berusaha untuk menghayati betul tugas-tugasnya dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan umum, tugas pembangunan, mengoordinasikan kegiatan pemberdayaan masyarakat, mengupayakan penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban umum, serta penerapan dan penegakan Perda dan Peraturan Bupati.
"Camat itu lebih pada tugas koordinasi dan pembinaan, terutama pembinaan Pemerintah Desa," tuturnya santai.
Ke dalam institusi kecamatan sendiri, dirinya mengaku tentu harus membagi tugas-tugas bawahan sesuai dengan jabatan dan kompetensinya, serta memberikan arahan yang baik secara lisan maupun tertulis guna kelancaran pelaksanaan tugas.
"Tapi itu normatifnya, saya perlu banyak beradaptasi dulu dengan lingkungan baru. Tugas tak bisa dibikin suntuk. Bawa santai asal tugas selesai," ujarnya lagi.
Beliau katakan bahwa kekuatan itu bukan sesuatu diluar kita, tapi apa yang ada dalam diri kita, kekuatan itu nantinya menjadi potensi, menjadi kebiasaan kerja, menjadi budaya kerja, lalu memengaruhi orang lain untuk bergerak bersama demi kemaslahatan masyarakat.
Berkaitan kekuatan dari dalam tersebut, beliau kutip Kata-kata Soekarno, "Jika kita memiliki keinginan yang kuat dari dalam hati, maka seluruh alam semesta akan bahu membahu mewujudkannya."
Untuk mencapai tugas yang berat itu, beliau mengaku harus banyak mengenal tokoh masyarakat sebagai kekuatan civil society, berkoordinasi dengan organisasi masyarakat, kelembagaan masyarakat yang ada, dunia pendidikan, pesantren dan unsur penting lainnya, termasuk dengan Forum Pimpinan Kecamatan (Forpimka) agar bisa bekerja bersama-sama dengan penuh guyub dan mengakar.
"Camat atau jabatan apapun tak bisa dilakukan sendiri, perlu banyak koordinasi. Semua elemen punya kekuatan potensinya sendiri, berpadu menjadi gerakan bersama yang harmonis. Mari semua mengambil peran!." Pungkasnya sembari tersenyum dalam. (Zbr/Bdr).