Biro perjalanan Barokah Trans Jaya mengantarkan TP-PKK Pragaan ke kampung Bathok yang berada di dusun Santan desa Guwosari kecamatan Pajangan kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta. Warga sekitar sesungguhnya lebih familiar menyebut kampung ini dengan Kampung Bathok Santan.
Desa Wisata Santan memiliki produk unggulan berupa kerajinan dari bathok atau tempurung kelapa. Selain itu kulinernya yang terkenal adalah Ingkung Ayam Kampung yang gurihnya meresap sampai ubun-ubun.
Desa Wisata Santan ini juga terletak di sebelah selatan Goa Selarong, berlokasi di daerah perbukitan.
"Sudah lama kami ingin datang langsung ke desa Santan ini. Di medsos sangat ‘mencuri’ perhatian dengan kerajinan batok kelapanya," ujar Ahmad Faruq Kepala Desa Karduluk yang ikut dengan istrinya.
Beliau katakan, kulit luar kelapa atau tempurung yang biasanya di Madura hanya digunakan untuk arang ternyata mampu diolah menjadi barang seni berkelas tinggi, bisa diubah jadi gelas batok kelapa, piring, serok, pisau roti, toples, sumpit bulat, kancing, atau pernak-pernik lain.
"Bahkan saya lihat ada ordner arsip dari batok kelapa. Kalau batok kelapa saja bisa jadi ordner apalagi limbah kayu mebel Karduluk," ujarnya.
Di tempat ini ada kursi harganya sampai 300.000; celengan 35.000, teko harganya 50.000: gelas harga 10.000; dan banyak produk lainnya.
"Harga bervariasi dari yang harganya 1.500 hingga 300.000 ada," tambahnya.
Konon awalnya kerajinan bathok kelapa ini hanya dilakukan oleh satu keluarga turun temurun. Namun kemudian, lama kelamaan berkembang dan menjadi usaha yang meluas ke hampir setiap rumah di desa wisata Santan.
"Munculnya Santan sebagai desa kerajinan salah satunya dikenalkan oleh seorang tokoh bernama Nur Taufiq lulusan Universitas Wangsa Manggala," jelas Bu Camat Gita Sri Wahyuni saat memulai dialog langsung dengan Nur Wahyudi tentang sejarah dan perjalanan desa wisata Santan ini.
Nur Wahyudi bercerita bahwa semula hanya membuat produksi sekira 500 gantungan kunci berbahan tempurung bertuliskan nama jurusan di kampusnya. Polesan gambarnya dibuat dengan teknik sablon.
"Kali pertama dipasarkan di Malioboro barang ini tidak laku, sebaliknya malah laris manis di kampus-kampus," ujar Nur Wahyudi.
Lalu dalam pengembangannya ada campur tangan Bupati Bantul, memfasilitasi para pengrajin Bantul dengan menyemangati di berbagai penyelenggaraan pameran. Eh, ternyata luar biasa, sekarang mampu membuat desa Santan kian dikenal publik.
"Kini produksi kerajinan asal Santan mulai beranjak ke pasaran yang lebih luas, ke Singapura, Jepang, Kanada, dan Jerman," jelasnya.
Beliau lanjutkan bahwa desa wisata Santan yang diresmikan pada tahun 2011 ini dikenal merupakan eksportir semua kerajinan berbahan dasar kelapa ke berbagai tempat di Nusantara bahkan luar negeri.
Beliau juga mengeluhkan keterwarisan usaha ini pada generasi muda, sebab para muda lebih tertarik di aspek pemasaran bukan pada produksinya.
Hal yang menarik justru beliau mengakui ketangguhan pemuda Sumenep yang setiap ada design baru dari desa Santan langsung bisa meniru dan laku keras di pasaran.
"Warga Sumenep itu petarung, hanya lebih banyak bekerja individual. Kami banyak mengenal anak Sumenep luar biasa," ujarnya.
Stelah berbincang dan melihat produksi kerajinan tempurung kelapa, TP PKK Kecamatan Pragaan secara rombongan mencicipi makanan khas ayam Ingkung khas makanan wong deso.
Makanan khas Jogja memang dahsyat identik dengan pengolahan yang tradisional.
"Ayam Ingkung kampung dan santan kental yang khas desa lama kita cari. Oh, belum makan saja sudah gemes, apalagi makan, wuih pasti ketagihan," ujar Uswatun anggota TP PKK Pragaan.
Tak lupa, saat beranjak dari tempat, banyak anggota PKK Pragaan yang membawa pulang produksi bathok kelapa sebagai oleh oleh.
"Kami sudah berkunjung, kalian kapan datang berkunjung ke Desa Wisata Santan. Selamat jalan ya desa wisata Santan. Kami akan mengikutimu berlari dengan potensi kami," ujar kak Suaidi yang akan menyulap limbah kayu menjadi produk bernilai. (Zbr/Hb).